Senin, 14 Agustus 2017

Terjemah Tauhid, Sabilul ‘Abid Syarah Jauharatut Tauhid "KIAI SHPLEH DARAT"

KATANYA TIDAK SETUJU PEMIKIRAN TAUHID TRINITAS ALA WAHABI …
TAPI, ANTUM SUDAH PAHAM BELUM KENAPA PARA ULAMA ASWAJA MENGANGGAP PEMAHAMAN TAUHID ITU KELIRU?
NAH, SEBELUM TERIAK-TERIAK TIDAK SETUJU, PERDALAM  DULU ILMU TAUHID ANTUM …
BACALAH BUKU INI, DIJAMIN ILMU TAUHID YANG LUMAYAN SUSAH DIPAHAMI, DAPAT DENGAN MUDAH KITA CERNA DENGAN BAIK. KITAB TAUHID INI PENULISNYA ADALAH KIAI SHOLEH DARAT, MEMILIKI SANAD TERSAMBUNG KE SUMBERNYA. JADI KEILMUAN BELIAU JELAS MUASALNYA & BISA DIPERTANGGUNGJAWABKAN DUNIA-AKHIRAT.
Buku bertajuk “Terjemah Tauhid Sabilul ‘Abid Syarah Jauharatut Tauhid” karya KH. Sholeh Darat merupakan syarah kitab “Jauharatut Tauhid” karya Syekh Ibrahim al-Laqqani yang berbentuk nadzam 144 bait. Meskipun terhitung pendek, tetapi kitab ini mencakup berbagai aspek perihal tauhid. Kitab ini memiliki keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab syarah Jauharatut Tauhid yang lain. Selain karena berbahasa Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, juga karena bahasanya yang sederhana dan pembahasannya yang ringkas. Buku ini memuat hal-hal yang dibutuhkan oleh masyarakat awam untuk memahami ilmu tauhid, tanpa dipusingkan oleh istilah-istilah dalam ilmu tauhid yang sangat rumit. Selain itu, kitab ini tidak hanya membahas masalah tauhid, tetapi juga membahas masalah tasawwuf dan akhlak.
Dalam masalah tauhid, kitab ini membahas lima puluh akidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Lima puluh akidah ini wajib diketahui oleh masyarakat awam secara terperinci dan wajib mengetahui dalilnya secara global. Buku ini juga membahas rukun iman dan berbagai macam hal yang wajib diketahui dan diyakini oleh setiap umat Islam, seperti hisab, syafa’at, Rasulullah, Shirath, ruh, dibangkitkan dari kubur, surge dan neraka, dan lain-lain. Tak heran, jika dipesantren tradisionla, khususnya pesantren-pesantren berlatar belakang NU, hingga sekarang buku ini menjadi salah satu buku pegangan para santri dalam mempelajari ilmu tauhid, di samping kitab-kitab lain seperti ‘Aqidah al-Awwam karangan Ahmad al-Marzuqi al-Makki dan Tijan ad-Durari karangan Ibrahim al-Baijuri. Begitu populernya kitab Jauharatut Tauhid ini hingga ada sekitar 10 syarah dan Hasyiyah yang muncul kemudian.
Salah satunya adalah karya berjudul Sabilul ‘Abid ini. Kiai Sholeh Darat mensyarahi kitab Jauharatut Tauhid dengan menggunakan bahasa Jawa beraksara Arab (pegon) untuk memudahkan masyarakat awam di Jawa untuk mempelajari Tuhid. Untuk tujuan inilah seluruh karyanya menggunakan huruf pegon, seperti Syarah al-Hikam Ibnu ‘Atah’illah yang telah diterbitkan ke dalam bahasa Indonesia juga meneruskan ikhtiar Kiai Sholeh Darat untuk mempermudah masyarakat Islam Indonesia dalam mempelajari dan mengamalkan hal-hal prinsip dalam ilmu tauhid.
Adapun dilihat dari sanad keilmuannya, Kiai Sholeh Darat awal mula mempelajari ilmu Tauhid pada Kiai Ahmad Bafaqih Ba’ahvi Semarang belajar kitab Jauharatut Tauhid dan Minhajul ‘Abidin. Sewaktu di Mekkah, Kiai Sholeh Darat mengaji lagi kitab Jauharatut Tauhid kepada Sayyid al-Makki dengan sanadnya yang sampai kepada Asy-Syinwani; dari Muhammad al-Munir As-Samanudi; dari Muhammad bin Muhammad Al-Budairi; dari Abu Adh-Dhiya’ Ali Asy-Syabramalisi; dari pengarangnya Al-Burhan Abu Al-Amdad Ibrahim Al-Laqqani. Dengan adanya sanad yang bersambung sampai ke sumbernya langsung, hal ini menunjukkan bahwa keilmuan Kiai Sholeh Darat bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya.
SPESIFIKASI
Judul buku          : Terjemah Tauhid, Sabilul ‘Abid Syarah Jauharatut Tauhid
Penulis                 : Kiai Haji Sholeh Darat
Tahun                   : 2017
Tebal                     : XXVI + 427 Halaman
Bahasa                  : Indonesia, Arab, Pegon Jawa
Kertas                   : Bookpaper, Soft Cover
Ukuran                 : 14,8 x 21 cm
Berat                     : 4,5 0ns
Harga                    : rp. 95.000,-
ISBN                      : 978-602-6264-31-2
Diskon 10% hanya bagi 100 pembeli pertama, buruan beli karena stok sangat terbatas!
Pemesanan silakan kirim nama, alamat lengkap & nomor HP kirim SMS/WA ke nmr 085731372235



Rabu, 24 Mei 2017

لطيبة يا ناس -Versi Asli

لطيبة يا ناس

خــدوني خــدوني    لطيـبة يـا نــاس
 أزور طــه الشـكور
           
تـا عيوني تشوف النور      عِـدوني لا ترحــلوا بــــدوني
 خــــــــــــــــــدوني
جفـوني جفوني     عيـوني مـن النوم
 وأنــا قلبــي صبـور
           
ارحمـوني أنا المكسور         عينـوني عـسى أنـسى شجــوني
خــــــــــــــدوني
           
رضـاك يوم النشــور رســـول الله أنلــني أنلــني
 ونحيـبي أبدى المستور       يــا حبيـبي كـوى قلبـي لهيــبي
 خــــــــــــــدوني
يا نور عيوني نظرة ليـّا       حبـك سـبى قلبــي والــروح
يا رسول الله
كـحّل جفـون عينيّ          إيمـتى علـيّ النـور بيلـــــوح
           
 يـا نعم الجار      جـاورنا طه الهادي
بعـد انتظار        وأروينا القلب الصادي
 مـا أحلاها        روضـة ساكنها طه
 منـبع أنوار        وجـوده فيـها خلاّها
عيوني بكحّلها بنوره لمـا نزوره
داير مندار        وبتـهفّ عليـنا عطوره
 زايد سُهْده       عاشـق هايم من وجده
 مرَّغ عـالحجرة خـده دمعاته كتار
 وشاغل بالي      تقـصيري غـيَّر حالي
قلبي استجار      نـظرة يـا طه الغـالي
           ومن خلف الهادي الزينِ في بدرينِ
أبـو بـكرٍ يــا عيني وعمر الكرار      
          مدحه عطّر أنفاسي مع جلاسي
 وحلّى شعوري وإحساسي و معها الأفكار   
           والله بقـلبي مغلغل حب المرسل
وعنـه مـا رح أتحوّل شو مهما صار   
          يـا ربي فاغفر ذنبي وفرّج كربي
 بـالهادي طـه حبّـي طـه المختـار      

كلمات المديح ::


Sabtu, 14 Januari 2017

"Qashidah Al Burdah & Terjemahnya"



بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

أَ مِنْ تَذَكُّرِ جِيْرَانٍ بِذِي سَلاَمٍ # مَزَجْتَ دَمْعًا جَرَى مِنْ مُقْلَةٍ بِدَمٍ
Apakah karena ingat kekasih yang berada di Dzisalam, kau cucurkan airmata bercampur darah?
أَمْ هَبَّتِ الرِّيْحُ مِنْ تِلْقَاءِ كَاظِمَةٍ # وَ أَوْمَضَ الْبَرْقُ فِى الظَّلْمَاءِ مِنْ إِضَمٍ
Ataukah karena angin yang bertiup dari arah Kadhimah ataukah karena teringat cahaya kilat dalam gelap malam lembah Idhom?
فَمَا لِعَيْنَيْكَ إِنْ قُلْتَ اكْفُفَا هَمَّتَا # وَ مَا لِقَلْبِكَ إِنْ قُلْتَ اسْتَفِقْ يَهِمِ
Kalau tidak, mengapa kedua matamu tetap mengalir yang mestinya kau mampu menahannya? Dan kenapa hatimu tetap gundah padahal kau mampu menentramkannya?
أَيَحْسَبُ الصَّبُّ أَنَّ الْحُبَّ مُنْكَتِمٌ # مَا بَيْنَ مُنْجَسِمٍ مِنْهُ وَ مُضْطَرِمٍ
Adakah orang yang sedang kasmaran menyangka bisa merahasiakan rasa cinta? Sedang airmatanya masih bercucuran dan hati yang masih terbakar api cinta.
لَوْ لاَ الْهَوَى لَمْ تُرِقْ دَمْعًا عَلَى طَلَلٍ # وَ لاَ أَرِقْتَ لِذِكْرِ الْبَانِ وَ الْعَلَمِ
Kalau tiada rasa cinta, tentulah kau tak akan mencucurkan airmata saat teringat puing-puing rumah kekasih dan tidak akan terjaga sepanjang malam saat teringat pepohonan dan gunung-gunung di tempat kekasih
فَكَيْفَ تُنْكِرُ حُبًّا بَعْدَ مَا شَهِدَتْ # بِهِ عَلَيْكَ عَدُوْلُ الدَّمْعِ وَ السَّقَمِ
Kenapa kau masih ingkar akan cintamu, padahal kejujuran airmata, sakit-sakitan adalah menjadi saksi atas cintamu
وَ اَثْبَتَ الْوَجْدُ خَطَّى عَبْرَةٍ وَ ضَنَى # مِثْلُ الْبَهَارِ عَلَى خَدَّيْكَ وَ الْعَنَمِ
Rasa susah menetapkan dua garis yang terletak di kedua pipimu yang kuning pucat karena sakit dan mata merahmu yang selalu menangis mencucurkan airmata (itu adalah bukti cintamu)

نَعَمْ سَرَى طَيْفُ مَنْ اَهْوَى فَأَرَّقَنِي    # وَ الْحُبُّ يَعْتَرِضُ اللَّذَّاتِ بِالْأَلَمِ
Iya ,,, orang yang aku rindukan tiap malam, bayangannya nampak di depan mataku yang membuatku tak bisa tidur, memang sakitnya cinta itu menghalangi kenikmatan.
يَا لاَئِمِي فِي الْهَوَى الْعُذْرِيِّ مَعْذِرَةً # مِنِّي إِلَيْكَ وَ لَوْ أَنْصَفْتَ لَمْ تَلُمِ
Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku. Seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku.
عَدَتْكَ حَالِيَ لاَ سِرِّي بِمُسْتَتِرٍ # عَنِ الْوُشَاةِ وَ لاَ دَائِي بِمُنْسَجِمِ
Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku, padahal tidak juga kunjung sembuh penyakitku.
مَحَّضْتَنِي النُّصْحَ لَكِنْ لَسْتُ أَسْمَعُهُ # إنَّ الْمُحِبَّ عَنِ الْعُذَّالِ فِي صَمَمِ
Begitu tulus nasihatmu tapi tak ku dengar semuanya. Karena untuk para pencaci, sang pecinta tuli telinganya.
إنِّي تَهَمْتُ نَصِيْحَ الشَّيْبِ فِي عَذْلِي # وَ الشَّيْبُ أَبْعَدُ فِي نُصْحٍ عَنِ التُّهَمِ
Aku kira ubanku pun turut mencelaku, padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.
فَإِنَّ أَمَارَتِي بِالسُّوءِ مَا اتَّعَظَتْ # مِنْ جَهْلِهَا بِنَذِيْرِ الشَّيْبِ وَ الْهَرَمِ
Sungguh hawa nafsuku tetap bebal tak tersadarkan, sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan.
وَ لاَ أَعَدَّتْ مِنَ الْفِعْلِ الْجَمِيْلِ قِرَى # ضَيْفٍ أَلَمَّ بِرَأْسِي غَيْرَ مُحْتَشَمِ
Tidak pula bersiap dengan amal baik untuk menjamu, sang uban yang bertamu di kepalaku tanpa malu-malu.
لَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ أَنِّي مَا أُوْقِرُهُ # كَتَمْتُ سِرٍّا بَدَا لِي مِنْهُ بِالْكَتَمِ
Jika ku tahu ku tak menghormati uban yang bertamu, kan ku sembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu.

مَنْ لِي بِرَدِّ جِمَاحٍ مِنْ غَوَايَتِهَا # كَمَا يُرَدُّ جِمَاحُ الْخَيْلِ بِاللُّجُمِ
Siapakah yang mengembalikan nafsuku dan kesesatan, sebagaimana kuda liar dikendalikan dengan tali kekang.
فَلاَ تَرُمْ بِالْمَعَاصِي كَسْرَ شَهْوَتِهَا # إِنَّ الطَّعَامَ يُقَوِّي شَهْوَةَ النَّهِمِ
Jangan kau tundukkan nafsumu dengan maksiat, sebab makanan justru perkuat nafsu si rakus pelahap.
وَ النَّفْسُ كَالطِّفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى #  حُبِّ الرَّضَاعِ إِنْ تُفْطِمْهُ يَنْفَطِمُ
Nafsu bagai bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu, bila kau sapih ia akan tersapih.
فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَ حَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهُ # إِنَّ الْهَوَى مَا تَوَلَّى يُصْمِ أَوْ يَصُمِ
Maka kendalikan nafsumu, jangan biarkan ia berkuasa, jika kuasa ia akan membunuhmu dan membuatmu cela
وَ رَاعِهَا وَ هْيَ فِي الأَعْمَالِ سَائِمَةٌ # وَ إِنْ هِيَ اسْتَحَلَّتْ الْمَرْعَى فَلاَ تَسُمِ
Gembalakan ia, ia bagai ternak dalam amal budi, janganlah kau giring ke ladang yang ia sukai
كَمْ حَسَنْتَ لَذَّةً لِلْمَرْءِ قَاتِلَةً # مِنْ حَيْثُ لَمْ يَدْرِ أَنَّ السَّمَّ فِي الدَّسَمِ
Kerap ia goda manusia dengan kelezatan yang mematikan, tanpa ia tahu racun justru ada dalam lezatnya makanan.
وَا حْشَ الدَّسَائَسَ مِنْ جُوْعٍ وَ مِنْ شِبَعٍ # فَرُبَّ مَخْمَصَةٍ شَرٌّ مِنَ التُّخَمِ
Takutlah akan tipu daya dalam lapar dan kenyang, sampai rasa lapar lebih buruk daripada kekenyangan.
وَ اسْتَفْرِغِ الدَّمْعَ مِنْ عَيْنٍ قَدِ امْتَلَأَتْ # مِنَ الْمَحَامِرِ وَ الْزَمْ حِمْيَةَ النَّدَمِ
Cucurkan air matamu karena melihat segala yang haram, peliharalah selalu rasa penyesalan yang mendalam.
وَ خَالِفِ النَّفْسَ وَ الشَيْطَانَ وَ اعْصِمْهَا # وَ إِنْ هُمَا مَحَضَاكَ النُّصْحَ فَاتَّهِمِ
Lawanlah hawa nafsu dan setan, durhakailah! Bila mereka tulus menasehatimu, curigailah!
وَ لاَ تُطِعْ مِنْهُمَا خَصْمًا وَ لاَ حَكَمًا # فَأَنْتَ تَعْرِفُ كَيْدَ الْخَصْمِ وَ الْحَكَمِ
Jangan kau taati mereka sebagai musuh atau kawan karena kau tahu bagaimana tipu daya musuh dan kawan.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنْ قَوْلٍ بِلاَ عَمَلٍ # لَقَدْ نَسَبْتُ بِهِ نَسْلاً لِذِي عُقُمٍ
Ku mohon ampunan Alloh karena bicara tanpa berbua, ku samakan itu dengan keturunan bagi orang mandul.

أَمَرْتُكَ الْخَيْرَ لَكِنْ مَا أْتَمَرْتُ بِهِ # وَ مَا سْتَقَمْتُ فَمَا قَوْلِي لَكَ اسْتَقِمِ
Ku perintahkan engkau suatu kebaikan yang tak ku lakukan, tidak lurus diriku maka tak guna ku suruh kau lurus.
وَ لاَ تَزَوَّدْتُ قَبْلَ الْمَوْتِ نَافِلَةً # وَ لاَ أُصَلِّ سِوَى فَرْضٍ وَ لَمْ أَصُمِ
Aku tak berbekal untuk matiku dengan ibadah sunnah, tiada aku shalat dan puasa kecuali hanya yang wajib saja.
ظَلَمْتُ سُنَّةَ مَنْ أَحْيَ الظَّلاَمَ إِلَى # إِنِ اشْتَكَتْ قَدَمَاهُ الضُّرَّ مِنْ وَرَمِ
Kutinggalkan sunnah Nabi yang sepanjang malam, beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan keram.
وَ شَدَّ مِنْ سَغَبٍ أَخْشَاءَهُ وَ طَوَى # تَحْتَ الْحِجَارَةِ كَشْحًا مُتْرَفَ الأَدَمِ
Nabi yang karena lapar mengikat pusarnya dengan batu, dan dengan batu mengganjal perutnya yang halus itu.
وَ رَاوَدَتْهُ الْجِبَالَ الشُّمُّ مِنْ ذَهَبٍ # عَنْ نَفْسِهِ فَأَرَاهَا أَيَّامَ شَمَمِ
Kendati gunung emas menjulang menawarkan dirinya, belaiu tolak permintaan itu dengan perasaan bangga.
وَ أَكَّدَتْ زُهْدَهُ فِيْهَا ضَرُوْرَتُهُ # إِنَّ الضَّرُوْرَةَ لاَ تَعْدُو عَلَى الْعِصَمِ
Butuh harta namun menolak, maka tambah kezuhudannya, kendati butuh pada harta tidaklah merusak kesuciannya.
وَ كَيْفَ تَدْعُو إِلَى الدُّنْيَا ضَرُوْرَةُ مَنْ # لَوْلاَهُ لَمْ تَخْرُجِ الدُّنْيَا مِنَ الْعَدَمِ
Bagaimana Nabi butuh pada dunia, padahal tanpa dirinya dunia takkan pernah ada.
مُحَمَّدٌ سَيِّدُ الْكَوْنَيْنِ وَ الثَّقَلَيْنِ # وَ الْفَرِيْقَيْنِ مِنْ عُرْبٍ وَ مِنْ عَجَمِ
(Nabi) Muhammad adalah pemimpin dunia akhirat, pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab.
نَبِيُّنَا الآمِرُ النَّاهِي فَلاَ أَحَدٌ # أَبَرَّ فِي قَوْلٍ لاَ مِنْهُ وَ لاَ نَعَمِ
Nabi kita penganjur kebaikan dan pencegah munkar, tak satupun setegas beliau dalam berkata ya atau tidak.
هُوَ الْحَبِيبُ الَّذِي تُرْجَى شَفَاعَتُهُ # لِكُلِّ هَوْلٍ مِنَ الأَهْوَالِ مُقْتَحمِ
Beliaulah kekasih, yang selalu diharapkan syafa’atnya dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap.
دَعَا إِلَى اللهِ فَالْمُسْتَمْسِكُوْنَ بِهِ # مُسْتَمْسِكُوْنَ بِحَبْلٍ غَيْرِ مُنْفَصِمِ
Beliau mengajak kepada agama Allah yang lurus, mengikutinya berarti berpegang pada tali yang tak terputus.
فَاقَ النَّبِيِّيْنَ فِي خَلْقٍ وَ فِي خُلُقٍ # وَ لَمْ يُدَانُوْهُ فِي عِلْمٍ وَ لاَ كَرَمٍ
Beliau mengungguli para Nabi dalam budi dan rupa, tak sanggup mereka menyamai ilmu dan kemuliaan.
وَ كُلُّهُمْ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ مُلْتَمِسٌ # غَرْفًا مِنَ الْبَحْرِ أَوْ رَشْفًا مِنَ الدِّيَمِ
Para Nabi semua meminta dari dirinya, seciduk lautan kemuliannya dari setitik hujan ilmunya.

وَ وَاقِفُوْنَ لَدَيْهِ عِنْدَ حَدِّهِمْ # مِنْ نُقْطَةِ الْعِلْمِ أَوْ مِنْ شَكْلَةِ الْحِكَمِ
Para rasul sama berdiri di puncak mereka, mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
فَهُوَ الَّذِي تَمَّ مَعْنَاهُ وَ صُوْرَتُهُ # ثُمَّ اصْطَفَاهُ حَبِيْبًا بَارِئَ النَّسَمِ
Beliau adalah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya, terpilih sebagai kekasih Allah pencipta manusia.
مُنَزَّهٌ عَنْ شَرِيْكٍ فِي مَحَاسِنِهِ # فَجَوْهَرُ الْحُسْنُ فِيْهِ غَيْرُ مُنْقَسِمِ
Dalam kebaikannya, tak seorangpun menyaingi, inti keindahannya takkan  bisa terbagi-bagi.
دَعْ مَا ادَّعَتْهُ النَّصَارَى فِي نَبِيِّهِمْ # وَ احْكُمْ بِمَا شِئْتَ مَدْحًا فِيْهِ وَ احْتَكِمْ
Jauhkanlah baginya yang dikatakan Nasrani pada Nabinya, tetapkan bagi Nabi Muhammad pujian apapun kau suka.
فَانْسُبْ إِلَى ذَاتِهِ مَا شِئْتَ مِنْ شَرَفٍ # وَ انْسُبْ إِلَى قَدْرِهِ مَا شِئْتَ مِنْ عِظَمِ
Nisbatkanlah kepadanya segala kemuliaan sekehendakmu, dan pada martabatnya segala keagungan yang kau mau.
فَإِنَّ فَضْلَ رَسُوْلِ اللهِ لَيْسَ لَهُ # حدٌّ فَيُعْرِبُ عَنْهُ نَاطِقٌ بِفَمِ
Karena keutamaannya sungguh tak terbatas, hingga tak satupun mampu mengungkapkan dengan kata.
لَوْ نَاسَبَتْ قَدْرَهُ أَيَاتُهُ عِظَمًا # أَحْيَ اسْمُهُ حِيْنَ يُدْعَى دَارِسَ الرِّمَمِ
Jika mukjizatnya menyamai keagungan dirinya, niscaya hiduplah tulang belulang dengan disebut namanya.
لَمْ يَمْتَحِنَّا بِمَا تَعْيَ الْعُقُوْلُ بِهِ # حِرْصًا عَلَيْنَا فَلَمْ نَرْتَبْ وَ لَمْ نَهِمِ
Tak pernah ia uji kita dengan yang tak diterima akal, dari sangat cintanya, hingga tiada kita ragu dan bimbang.
أَعْيَ الْوَرَى فَهْمُ مَعْنَاهُ فَلَيْسَ يُرَى # لِلْقُرْبِ وَ الْبُعْدِ مِنْهُ غَيْرُ مُنْفَحِمِ
Makhluk-makhluk (manusia) sulit untuk memahami hakikat nabi,dari dekat atau jauh, tak satupun yang mengerti.
كَالشَّمْسِ تَظْهَرُ لِلْعَيْنَيْنِ مِنْ بُعُدٍ # صَغِيْرَةً وَ تُكِلُّ الطَّرْفَ مِنْ أَمَمِ
Bagaikan matahari yang tampak kecil dari kejauhan, padahal mata tak mampu melihatnya bila berdekatan.
وَ كَيْفَ يُدْرِكَ فِي الدُّنْيَا حَقِيْقَتَهُ # قَوْمٌ نِيَامٌ تَسَلَّوْا عَنْهُ بِالْحُلُمِ
Bagaimana seseorang dapat ketahui hakikat Sang Nabi, padahal ia sudah puas bertemu dengannya dalam mimpi.
فَمَبْلَغُ الْعِلْمِ فِيْهِ أَنَّهُ بَشَرٌ # وَ أَنَّهُ خَيْرُ خَلْقِ اللهِ كُلِّهِمِ
Puncak pengetahuan tentang beliau ialah bahwa beliau manusia, dan beliau adalah sebaik-baik seluruh ciptaan Allah.
وَ كُلُّ أَيٍ أَتَى الرُّسْلَ الْكِرَامُ بِهَا # فَإِنَّمَا اتَّصَلَتْ مِنْ نُوْرِهِ بِهِمِ
Segala mukjizat para Rasul mulia sebelumnya, hanyalah pancaran dari cahaya beliau kepada mereka.
فَإِنَّهُ شَمْسُ فَضْلٍ هُمْ كَوَاكِبُهَا # يَظْهِرْنَ أَنْوَارَهَا لِلنَّاسِ فِي الظُّلَمِ
Beliau matahari keutamaan dan para nabi bintangnya, bintang hanya pantulan sinar mentari menerangi gulita.
أَكْرِمْ بِخَلْقِ نَبِيٍّ زَانَهُ خُلُقٌ # بِالْحُسْنِ مُشْتَمِلٍ بِالْبَشَرِ مُتَّسِمِ
Alangkah mulia paras Nabi yang dihiasi pekerti, yang memiliki keindahan dan bercirikan wajah berseri.
كَالزُّهْرِ فِي تَرَفٍ وَ الْبَدْرِ فِي شَرَفٍ # وَ الْبَحْرِ فِي كَرَمٍ وَ الدَّهْرِ فِي هِمَمِ
Kemegahan beliau bak bunga, kemuliaan beliau bak purnama, kedermawanan beliau bak lautan, kegairahan beliau bak waktu.
كَأَنَّهُ وَ هُوَ فَرْدٌ فِي جَلاَلَتِهِ # فِي عَسْكَرٍ حِيْنَ تَلْقَاهُ وَ فِي حَشَمِ
Beliau bagaikan dan memang tiada taranya dalam keagungan, ketika berada di sekitar pembantunya dan di tengah pasukan.
كَأَنَّمَا اللُّؤْلُؤُ الْمَكْنُوْنُ فِي صَدَفٍ # مِنْ مَعْدِنَيْ مَنْطِقٍ مِنْهُ وَ مُبْتَسِمِ
Bagai mutiara yang tersimpan dalam kerangnya, dan kedua sumber, yaitu ucapan dan senyumannya.
لاَ طِيْبَ يَعْدِلُ تُرْبًا ضَمَّ أَعْظُمَهُ # طُوْبَى لِمُنْتَشِقٍّ مِنْهُ وَ مُلْتَثِمِ
Tiada keharuman melebihi tanah yang mengubur jasadnya, beruntung orang yang menghirup dan mencium tanahnya.
أَبَانَ مَوْلِدُهُ عَنْ طِيْبِ عُنْصِرِهِ # يَا طِيْبَ مُبْتَدَإٍ مِنْهُ وَ مُخْتَتَمِ
Kelahiran Sang Nabi menunjukkan kesucian dirinya, alangkah eloknya permulaan dan penghabisannya.
يَوْمٌ تَفَرَّسَ فِيْهِ الْفُرُسُ أَنَّهُمُ # قَدْ أُنْذِرُوْا بِحُلُوْلِ الْبُؤْسِ وَ النِّقَمِ
Lahir saat bangsa Persia berfirasat dan merasa, peringatan akan datangnya bencana dan angkara murka.
وَ بَاتَ إِيْوَانُ كِسْرَى وَ هْوَ مُنْصَدِعٌ # كَشَمْلِ أَصْحَابِ كِسْرَى غَيْرَ مُلْتَئِمِ
Di malam gulita singgasana kaisar Persia hencur terbelah, sebagaimana kesatuan para sahabat kaisar yang  terpecah.
وَ النَّارُ خَامِدَةُ الأَنْفَاسِ مِنْ أَسَفٍ # عَلَيْهِ وَ النَّارُ سَاهِي الْعَيْنِ مِنْ سَدَمِ
Karena kesedihan yang sangat, api sesembahan padam, sungai Eufrat pun tak mengalir dari duka yang dalam.
وَ سَاءَ سَاوَةَ أَنْ غَاضَبَتْ بِحُيْرَتُهَا # وَ رُدَّ وَارِدُهَا بِالْغَيْظِ حِيْنَ ظَمِي
Penduduk negeri Sawah bersedih saat kering danaunya, pengambil air kembali dengan kecewa ketika dahaga.
كَأَنَّ بِالنَّارِ مَا بِالْمَاءِ مِنْ بَلَلٍ # حُزْنًا وَ بِالْمَاءِ مَا بِالنَّارِ مِنْ ضَرَمِ
Seakan sejuknya air terdapat dalam jilatan api, seakan panasnya api terdapat dalam air, karena sedih tak terperi.
وَ الْجِنُّ تَهْتِفُ وَ الأَنْوَارُ سَاطِعَةٌ # وَ الْحَقُّ يَظْهَرُ مِنْ مَعْنًى وَ مِنْ كَلِمِ
Para jin berteriak sedang cahaya terang memancar, kebenaran pun tampak dan makna kitab suci maupun terujar.
عَمُوْا وَ صَمُّوْا فَإِعْلاَنُ الْبَشَائِرِ لَمْ # تُسْمَعُ وَ بَارِقَهُ الإِنْذَارِ لَمْ تُشَمِ
Mereka buta dan tuli hingga kabar gembira tak didengarkan, datangnya peringatan pun tak mereka hiraukan.
مِنْ بَعْدِ مَا أَخْبَرَ الأَقْوَامَ كَاهِنُهُمُ # بِأَنَّ دِيْنَهُمُ الْمُعْوَجَّ لَمْ يَقُمِ
Setelah para dukun memberitahu mereka, agama mereka yang sesat takkan bertahan lama.
وَ بَعْدَ مَا عَايَنُوْا فِي الأُفُقِ مِنْ شُهُبٍ# مُنْقَضَّةً وَفْقَ مَا فِي الأَرْضِ مِنْ صَنَمِ
Setelah mereka saksikan kilatan api yang jatuh di langit, seiring dengan runtuhnya semua berhala di muka bumi.
حَتَّى غَدَا عَنْ طَرِيْقِ الْوَحْيِ مُنْهَزِمٌ # مِنَ الشَّيَاطِيْنِ يَقْفُوْا إِثْرَ مُنْهَزِمِ
Hingga lenyap dari pintu langitNya, satu demi satu syetan lari tunggang langgang tak berdaya.
كَأَنَّهُمْ هَرَبًا أَبْطَالُ أَبْرَهَةٍ # أَوْ عَسْكَرٌ بِالْحَصَى مِنْ رَاحَتَيْهِ رُمِي
Mereka berlarian laksana lasykar Raja Abrahah, atau bak pasukan yang dihujani kerikil oleh tangan Rasul.
نَبْذًا بِهِ بَعْدَ تَسْبِيْحٍ بِبَطْنِهِمَا # نَبْذَ الْمُسَبِّحِ مِنْ أَحْشَاءِ مُلْتَقِمِ
Batu yang Nabi lempar sesudah bertasbih digenggamnya, bagaikan terlemparnya Nabi Yunus dari ikan paus.
جَاءَتْ لِدَعْوَتِهِ الأَشْجَارُ سَاجِدَةً # تَمْشِي إِلَيْهِ عَلَى سَاقٍ بِلاَ قَدَمِ
Pohon-pohon mendatangi seruannya dengan ketundukan, berjalan dengan batangnya dengan lurus dan sopan.
كَأَنَّمَأ سَطَرَتْ سَطْرًا لِمَا كَتَبَتْ # فَرَوْعُهَا مِنْ بَدِيْعِ الْخَطِّ فِي اللَّقَمِ
Seakan batangnya torehkan sebuah tulisan, tulisan yang indah di tengah-tengah jalan.
مِثْلُ الْغَمَامَةِ أَنَّى سَارَ سَائِرَةً # تَقِيْهِ حَرَّ وَ طِيْسٍ لِلْهَجِيْرِ حَمِي
Seperti juga awan gemawan yang mengikuti nabi, berjalan melindunginya dari sengatan panas siang hari.
أَقْسَمْتُ بِالْقَمَرِ الْمُنْشَقِّ أَنَّ لَهُ # مِنْ قَلْبِهِ نِسْبَةً مَبْرُوْرَةَ الْقَسَمِ
Aku bersumpah demi Allah pencipta rembulan, sungguh hati Nabi bagai bulan dalam keterbelahan.
وَ مَا حَوَى الْغَارُ مِنْ خَيْرٍ وَ مِنْ كَرَمِ # وَ كُلَّ طَرْفٍ مِنَ الْكُفَّارِ عَنْهُ عَمِي
Gua Tsur penuh kebaikan dan kemuliaan. Sebab Nabi, dan Abu Bakar di dalamnya, kaum kafir tak lihat mereka.
فَالصِّدْقُ فِي الْغَارِ وَ الصِّدِّيْقُ لَمْ يَرِمَا # وَ هُمْ يَقُوْلُوْنَ مَا بِالْغَارِ مِنْ أَرَمِ
Nabi dan Abu Bakar Shiddiq aman di dalamnya tak cedera, kaum kafir mengatakan tak seorang pun di dalam gua.
ظَنُّوْ الْحَمَامَ وَ ظَنُّوْا الْعَنْكَبُوْتَ عَلَى # خَيْرِ الْبَرِيَّةِ لَمْ تَنْسُجْ وَ لَمْ تَحُمَ
Mereka mengira merpati takkan berputar di atasnya, dan laba-laba takkan buat sarang jika Nabi di dalamnya.
وِقَايَةُ اللهِ أَغْنَتْ عَنْ مُضَاعَفَةٍ # مِنَ الدُّرُوْعِ وَ عَنْ عَالٍ مِنَ الأُطُمِ
Perlindungan Allah tak memerlukan berlapis baju besi, juga tidak memerlukan benteng yang kokoh dan tinggi.
مَا سَامَنِي الدَّهْرُ ضَيْمًا وَ اسْتَجَرْتُ بِهِ # إِلاَّ وَ نِلْتُ جِوَارًا مِنْهُ لَمْ يُضَمِ
Tiada satu pun menyakiti diriku, lalu ku mohon bantuan Nabi, niscaya ku dapat pertolongannya tanpa sedikitpun disakiti.
وَ لاَ الْتَمَسْتُ غِنَى الدَّارَيْنِ مِنْ يَدِهِ # إِلاَّ اسْتَلَمْتُ النَّدَى مِنْ خَيْرِ مُسْتَلِمٍ
Tidaklah ku cari kekayaan dunia akhirat dan kemurahannya, melainkan ku peroleh sebaik-baik pemberiannya.
لاَ تُنْكِرِ الْوَحْيَ مِنْ رُؤْيَاهُ إِنَّ لَهُ # قَلْبًا إِذَا نَامَتِ الْعَيْنَانِ لَمْ يَنَمِ
Janganlah kau pungkiri wahyu yang diraihnya lewat mimpi, karena hatinya tetap terjaga meski dua matanya tidur terlena.
فَذَاكَ حِيْنَ بُلُوْغٍ مِنْ نُبُوَّتِهِ # فَلَيْسَ يُنْكِرُ فِيْهِ حَالُ مُحْتَلِمِ
Demikian itu tatkala sampai masa kenabiannya, karena hatinya tidaklah diingkari masa mengalami mimpinya.
تَبَارَكَ اللهُ مَا وَحْيٌ بِمُكْتَسَبٍ # وَ لاَ نَبِيٌّ عَلَى غَيْبٍ بِمُتَّهِمِ
Maha Suci Allah, wahyu tidaklah bisa dicari, dan tidaklah seorang nabi dalam berita gaibnya dicurigai.
كَمْ أَبْرَأَتْ وَصِبًا بِاللَّمْسِ رَاحَتُهُ # وَ أَطْلَقَتْ أَرِبًا مِنْ رِبْقَةِ اللَّمَمِ
Kerap sentuhannya sembuhkan penyakit ini, dan lepaskan orang yang berhajat dari temali kegilaan.
وَ أَحْيَتِ السَّنَةَ الشَّهْبَاءَ دَعْوَتُهُ # حَتَّى حَكَتْ غُرَّةً فِي الأَعْصُرِ الدُّهُمِ
Do’anya menyuburkan tahun kekeringan dan kelaparan, bagai setitik putih di masa-masa hitam kelam.
بِعَارِضٍ جَادَ أَوْ خِلْتَ الْبِطَاحَ بِهَا # سَيْبًا مِنَ الْيَمِّ أَوْ سَيْلاً مِنَ الْعَرِمِ
Dengan awan yang curahkan hujan berlimpah, atau kau kira itu air yang mengalir dari laut atau lembah.
دَعْنِي وَ وَصْفِي أَيَاتٍ لَهُ ظَهَرَتْ # ظُهُوْرَ نَارِ الْقِرَى لَيْلاً عَلَى عَلَمِ
Biarkanlah ku sebut beberapa mukjizat yang muncul pada Nabi, seperti nampaknya api jamuan, malam hari di atas gunung tinggi.
فَالدُّرَّ يَزْدَادُ حُسْنًا وَ هُوَ مُنْتَظِمٌ # وَ لَيْسَ يَنْقُصُ قَدْرًا غَيْرَ مُنْتَظِمِ
Mutiara bertambah indah bila ia tersusun rapi, jika tak tersusun nilainya tak berkurang sama sekali.
فَمَا تَطًاوَلَ أَمَالُ الْمَدِيْحِ إِلَى # مَا فِيْهِ مِنْ كَرَمِ الأَخْلاَقِ وَ الشِّيَمِ
Segala pujian itu puncaknya adalah memuji, sifat dan pekerti mulia yang ada pada Nabi.
أَيَاتُ حَقٍّ مِنَ الرَّحْمَنِ مُحْدَثَةٌ # قَدِيْمَةٌ صِفَةُ الْمَوْصُوْفِ بِالقِدَمِ
Ayat-ayat Al Qur’an mulia yang ada padanya, tapi Allah adalah kekal tak kenal waktu.
لَمْ تَقْتَرِنْ بِزَمَانٍ وَهْيَ تُخْبِرُنَا # عَنِ الْمَعَادِ وَ عَنْ عَادٍ وَ عَنْ إِرَمِ
Ayat-ayat Al Qur’an keberadaannya tidak sama dengan zaman, karena Al Qur’an itu qadim sedang zaman itu baru, Al Qur’an menceritakan kaum ’Ad dan kaum Iram.
دَامَتْ لَدَيْنَا فَفَاقَتْ كُلَّ مُعْجِزَةٍ # مِنَ النّبِيِّيْنَ إِذْ جَاءَتْ وَ لَمْ تَدُمِ
Ayat-ayat yang selalu bersama kita dan mengungguli, mukjizat para Nabi yang muncul tapi tak lestari.
مُحَكَّمَاتٌ فَمَا يُبْقِيْنَ مِنْ شُبَهٍ # لِذِي شِقَاقٍ وَ لاَ يُبْغِيْنَ مِنْ حَكَمِ
Penuh kepastian dan tak sisakan bagi para musuh segala keraguan. Ayat yang tak sedikit pun menyimpang dari kebenaran.
مَا حُوْرِبَتْ قَطٌّ إِلاَّ عَادَ مِنْ حَرَبٍ #  أَعْدَى الأَعَادِي إِلَيْهَا مُلْقِيَ السَّلَمِ
Tak satu ayat pun ditentang kecuali musuh terberatnya, akan kembali padanya dengan salam dan beriman.
رَدَّتْ بَلاَغَتُهَا دَعْوَى مُعَارِضِهَا # رَدَّ الْغُيُوْرِ يَدَ الْجَانِي عَنِ الْحَرَمِ
Keindahan sastranya membuat takluk penentangnya, bak pencemburu membela kehormatan dari tangan pendosa.
لَهَا مَعَانٍ كَمَوْجِ الْبَحْرِ فِي مَدَدٍ # وَ فَوْقَ جَوْهَرِهِ فِي الْحُسْنِ وَ الْقِيَمِ
Baginya makna-makna yang saling menunjang bak ombak lautan, yang nilai keindahannya melebihi mutiara berkilauan.
فَلاَ تُعَدُّ وَ لاَ تُحْصَى عَجَائِبُهَا # وَ لاَ تُسَامُ عَلَى الإِكْثَارِ بِالسَّامِ
Keajaibannya banyak dan tak terhingga, dan keajaiban itu tak satupun membuat bosan kita
قَرَّتْ بِهَا عَيْنُ قَارِيْهَا فَقُلْتُ لَهُ # لَقَدْ ظَفِرَتْ بِحَبْلِ اللهِ فَاعْتَصِمِ
Teduhlah mata pembacanya, lalu ku katakan padanya, beruntunglah engkau, berpeganglah selalu pada taliNya.
إِنْ تَتْلُهَا خِيْفَةً مِنْ حَرِّ النَّارِ لَظَى # أَطْفَأْتَ حَرَّ لَظَى مِنْ وِرْدِهَا الشِّيَمِ
Jika kau baca ia karena takut panas neraka Lazha, padamlah panas neraka Lazha karena kesejukannya.
كَأَنَّهَا الْحَوْضُ تَبْيَضُّ الْوُجُوْهُ بِهِ # مِنَ الْعُصَاةِ وَ قَدْ جَاءُوْهُ كَالْحَمَمِ
Bagai telaga Kautsar; wajah pendosa menjadi putih karenanya, padahal dengan wajah hitam arang mereka datangi ia.
وَ كَالصِّرَاطِ وَ كَالْمِيْزَانِ مَعْدِلَةً # فَالْقِسْطُ مِنْ غَيْرِهَا فِي النَّاسِ لَمْ يَقُمِ
Ia lurus bagai Shirath, adil bagai timbangan, kitab-kitab lain takkan selanggeng ia dalam keadilan.
لاَ تَعْجَبَنْ لِحَسُوْدٍ رَاحَ يُنْكِرُهَا # تَجَاهُلاً وَ هُوَ عَيْنُ الْحَاذِقِ الْفَهِمِ
Jangan heran pada pendengkinya yang selalu ingkar, pura-pura bodoh padahal ia cukup paham dan pintar.
قَدْ تُنْكِرُ الْعَيْنُ ضَوْءَ الشَّمْسِ مِنْ رَمَدٍ # وَ يُنْكِرُ الْفَمُ طَعْمَ الْمَاءِ مِنْ سَقَمِ
Bagai orang sakit mata yang pungkiri sinar mentari, bagai orang sakit yang lezatnya air ia pungkiri.
يَا خَيْرَ مَنْ يَمَّمَ الْعَافُوْنَ سَاحَتَهُ # سَعْيًا وَ فَوْقَ مُتُوْنِ الأَنْيُقِ الرُّسُمِ
Wahai manusia terbaik yang dituju pekarangannya, berjaan atau menunggangi unta yang cepat larinya.
وَ مَنْ هُوَ الأَيَةُ الْكُبْرَى لِمُعْتَبِرٍ # وَ مَنْ هُوَ النِّعْمَةُ الْعُظْمَى لِمُغْتَنِمِ
Wahai Nabi yang jadi pertanda bagi pencari kebenaran, yang jadi karunia terbesar bagi pencari nikmat Tuhan.
سَرَيْتَ مِنْ حَرَمٍ لَيْلاً إِلَى حَرَمٍ # كَمَا سَرَى الْبَدْرُ فِي دَاجٍ مِنَ الظُّلَمِ
Malam itu kau berjalan dari Masjidil Haram ke Masjid Al Aqsha, bagai purnama yang bergerak di malam gulita.
وَ بِتَّ تَرْقَى إِلَى أَنْ نِلْتَ مَنْزِلَةً # مِنْ قَابِ قَوْسَيْنِ لَمْ تُدْرَكْ وَ لَمْ تُرَمِ
Kau terus saja meninggi hingga sampai tempat terdekat, yang tak seorang pun mencapai atau mengharap.
وَ قَدَّمَتْكَ جَمِيْعُ الأَنْبِيَاءِ بِهَا # وَ الرُّسْلِ تَقْدِيْمَ مَخْدُوْدٍ عَلَى خَدَمِ
Para Nabi mendahulukan berdiri di depan, tak ubahnya penghormatan pelayan kepada sang tuan.
وَ أَنْـَ تَحْتَرِقُ السَّبْعَ الطِّبَاقَ بِهِمْ # فِي مَوْكِبٍ كُنْتَ فِيْهِ صَاحِبَ الْعَلَمِ
Kau terobos tujuh lapis langit bersama mereka, dalam barisan para malaikat kaulah pemimpin mereka.
حَتَّى إِذَا لَمْ تَدَعْ شَأْوًا لِمُسْتَبِقٍ #  مِنَ الدُّنُوِّ وَ لاَ مَرْقًا لِمُسْتَنِمِ
Hingga tak satu puncakpun tersisa bagi pengejarmu, tak sederajat pun bagi pencari kemuliaan tersisa olehmu.
خَفَضْتُ كُلَّ مَقَامٍ بِالإِضَافَةِ إِذْ # نُوْدِيْتَ بِالرَّفْعِ مِثْلَ الْمُفْرَدِ الْعَلَمِ
Karena keluhuranmu, derajat menjadi rendah semua, ketika kau diseru bagi pemimpin tunggal yang mulia.
كَيْمَا تَفُوْزَ بِوَصْلٍ أَيَّ مُسْتَتِرٍ # عَنِ الْعُيُوْنِ وَ سِرٍّ أَيَّ مُكْتَتَمِ
Agar kau peroleh hubungan khusus yang terselubungkan, juga rahasia yang senantiasa tersimpan.
فَحُزْتَ كُلَّ فَخَارٍ غّيْرَ مُشْتَرَكٍ # وَ جُزْتَ كُلَّ مَقَامٍ غَيْرَ مُزْدَحَمِ
Kau peroleh kebanggan yang tak terbagi, kau lewat setiap derajat tanpa seorangpun menyaingi.
وَ جَلَّ مِقْدَارُ مَا وُلِّيْتَ مِنْ رُتَبٍ # وَعَزَّ إِدْرَاكُ ما أُوْلِيْتَ مِنْ نِعَمِ
Sungguh agung derajat yang kau dapatkan, sungguh jarang nikmat yang kepadamu telah diberikan.
بُشْرَى لَنَا مَعْشَرَ الإِسْلاَمِ إِنَّ لَنَا # مِنَ الْعِيَانَةِ رُكْنًا غَيْرً مُنْهَدِمِ
Kabar gembira wahai Umat Islam bagi kita tiang kokoh, yang dengan inayah dari Allah, tak akan pernah roboh.
لَمَّا دَعَى اللهُ دَاعِيْنَا لِطَاعَتِهِ # بِأَكْرَمِ الرُّسُلِ كُنَّا أَكْرَمَ الأُمَمِ
Ketika Allah juluki ia rasul termulia karena sangat taat, ia rasul termulia maka jadilah kita sebaik-baik umat.
رَاعَتْ قُلُوْبُ الْعِدَا أَنْبَاءُ بِعْثَتِهِ # كَنَبْأَةٍ أَجْلَفَتْ غُفْلاً مِنَ الْغَنَمِ
Berita kenabian membuat musuh takut dan gundah, bak lolongan serigala yang takutkan kambing lengah.
مَا زَالَ يَلْقَاهُمُ فِي كُلِّ مُعْتَرِكٍ # حَتَّ حَكَوْا بِالقَنَا لَحْمًا عَلَى وَضَمِ
Tak henti ia lawan para musuh di medan pertempuran, hingga mereka bagai daging terserak di alas meja jamuan.
وَدُّوْا الْفِرَارَ فَكَادُوْا يَغْبِطُوْنَ بِهِ # أَشْلاَءَ شَلَّتْ مَعَ الْعِقْبَانِ وَ الرَّخَمِ
Mereka ingin lari dan mati saja bak kawan yang terkapar, mati menggelepar dikoyak Elang dan burung Nasar.
تَمْضِي اللَّيَالِي وَ لاَ يَدْرُوْنَ عِدَّتَهَا # مَا لَمْ تَكُنْ مِنْ لَيَالِي الأَشْهُرِ الْحُرُمِ
Siang malam berlalu tanpa mereka kenal waktu, hingga tiga bulan terlarang ketika Nabi hentikan perang.
كَأَنَّمَا الدِّيْنُ ضَيْفٌ حَلَّ سَاحَتَهُمْ # بِكُلِّ قَرْمٍ إِلَى لَحْمِ الْعِدَى قِرَمِ
Islam datang bagai tamu yang singgah di pekarangan, yang sangat ingin membunuh musush-musuh Islam.
يَجُرُّ بَحْرَ خَمِيْسٍ فَوْقَ سَابِحَةٍ # تَرْمِي بِمَوْجٍ مِنَ الأَبْطَالِ مُلْتَطِمِ
Ia bawa lautan pasukan di atas kuda yang meluncur, membawa para gagah berani bagai ombak yang berdebur.
مِنْ كُلِّ مُنْتَدِبٍ لِلَّهِ مُحْتَسِبِ # يَسْطُوْ بِمُسْتَأْصِلٍ لِلْكُفْرِ مُصْطَلِمِ
Mereka pejuang yang mengharap syahid dan surga Allah, menyerang untuk membasmi dan memusnahkan kekafiran.
حَتَّى غَدَتْ مِلَّةُ الإِسْلاَمِ وَ هِيَ بِهِمْ # مِنْ بَعْدِ غُرْبَتِهَا مَوْصُوْلَةَ الرَّحِمِ
Sehingga berkat mereka Islam yang semula tak dikenal menjadi tersohor dalam jalinan keakraban yang kental.
مَكْفُوْلَةً أَبَدًا مِنْهُمْ بِخَيْرِ أَبٍ # وَ خَيْرِ بَعْلٍ فَلَمْ تَيْتَمْ وَ لَمْ تَئِمِ
Karena keperkasaan mereka hati musuh takut dan gelisah, apakah bedanya anak domba dan si pemberani yang gagah.
هُمُ الْجِبَالُ فَسَلْ عَنْهُمْ مَصَادِمَهُمْ # مَاذَا رَأَوْا مِنْهُمْ فِي كُلِّ مُصْطَدَمِ
Mereka kokoh bagai gunung (kalau tidak percaya) maka tanyakan pada musuh-musuh mereka tentang keberadaan mereka saat di medan perang.
وَ سَلْ حُنَيْنًا وَ سَلْ بَدْرًا وَ سَلْ أُحُدًا # فُصُوْلَ حَتْفٍ لَهُمْ أَدْهَى مِنَ الْوَخَمِ
Dan tanyakan pada saat perang Hunain, perang Badar dan perang Uhud yaitu saat orang-orang kafir panen kematian yang lebih ganas daripada wabah Tha’un.
الْمُصْدِرِي الْبِيْضِ حُمْرًا بَعْدَ مَا وَرَدَتْ # مِنَ الْعِدَى كُلَّ مُسْوَدٍّ مِنَ اللِّمَمِ
Mereka kembali dengan pedang berlumur darah orang-orang kafir yang masih muda, hitam rambutnya, mati dalam peperangan.
وَ الْكَاتِبِيْنَ بِسُمْرِ الْخَطِّ مَا تَرَكَتْ # أَقْلاَمُهُمْ حَرْفَ جِسْمٍ غَيْرَ مُنْعَجِمِ
Dan ibarat penulis yang menulis dengan tombak khot mereka, yang tak tertinggal satu titik pun dari huruf yang bertitik (suatu ibarat bagi orang-orang kafir yang semuanya kena luka).
شَاكِي السِّلاَحِ لَهُمْ سِيْمَا تُمَيِّزُهُمْ # وَ الْوَرْدُ يَمْتَازُ بِالسِّيْمَامِنَ السَّلَمِ
Mereka adalah orang yang menjamkan senjata sebagai tanda untuk membedakan mereka dengan orang-orang kafir. Kembang mawar pun berbeda dengan kayu salam sebab ada tandanya.
تَهْدِي إِلَيْكَ رِيَاحُ النَّصْرِ نَشْرَهُمُ # فَتَحْسَبُ الزُّهْرَ فِي الأَكْمَامِ كُلَّ كَمِي
Semerbak kemenangan yang tertiup angin, kau kira wanginya mawar dari taman.
كَأَنَّهُمْ فِي ظُهُوْرِ الْخَيْلِ نَبْتُ رَبًى # مِنْ شِدَّةِ الْحَزْمِ لاَ مِنْ شِدَّةِ الْحُزْمِ
Ketabahan dan kekokohan itu bagaikan pepohonan yang hidup di atas tanah yang tinggi.
طَارَتْ قُلُوْبُ الْعِدَا مِنْ بَأْسِهِمْ فَرَقَا # فَمَا تَفَرَّقَ بَيْنَ الْبَهْمِ وَ الْبُهَمِ
Sehingga musuh menjadi ketakutan dan kebingungan, mereka tidak bisa membedakan antara hewan ternak dan pahlawan sejati.
وَ مَنْ تَكُنْ بِرَسُوْلِ اللهِ نُصْرَتُهُ # إِنْ تَلْقَهُ الأُسْدُ فِي أَجَامِهَا تَجِمِ
Siapa saja yang bersama Rasulullah beroleh kemenangan, singa di rimba bila menemuinya akan diam gemetaran.
وَ لَنْ تَرَى مِنْ وَلِيٍّ غَيْرَ مُنْتَصِرٍ # بِهِ وَ لاَ مِنْ عَدُوٍّ غَيْرَ مُنْقَصِمِ
Takkan kau lihat sahabat Nabi yang tak menang, tak akan ada musuh Nabi yang tak jadi pecundang.
أَحَلَّ أُمَّتَهُ فِي حِرْزِ مِلَّتِهِ # كَاللَّيْثِ حَلَّ مَعَ الأَشْبَالِ فِي أَجَمِ
Ia tempatkann umatnya dalam benteng agama, bagai singa yang tinggal di hutan bersama anaknya.
كَمْ جَدَلَتْ كَلِمَاتُ اللهِ مِنْ جَدَلٍ # فِيْهِ وَ كَمْ خَصَّمَ الْبُرْهَانُ مِنْ خّصِمِ
Seringkali Al Qur’an menjatuhkan para pendebat, seringkali dalil-dalil Al Qur’an kalahkan musuh Muhammad.
كَفَاكَ بِالْعِلْمِ فِي الأُمِّيِّ مُعْجِزَةً # فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَ التَّأْدِيْبِ فِي الْيُتُمِ
Cukup sebagai mukjizat, Nabi berilmu padahal buta huruf, di zaman Jahiliyah, Nabi terdidik tanpa pengasuh.
خَدَمْتُهُ بِمَدِيْحٍ أَسْتَقِيْلُ بِهِ # ذُنُوْبَ عُمْرِ مَضَى فِي الشِّعْرِ وَ الْخَدَمِ
Ku puji Nabi dengan pujian agar dosaku di ampunkan, karena umurku habis untuk bersyair dan pengabdian.
إِذْ قَلَّدَانِي مَا تُخْشَى عَوَاقِبُهُ # كَأَنَّنِي بِهِمَا هَدْيٌ مِنَ النَّعَمِ
Keduanya mengalungiku dosa yang menakutkan, seakan aku hewan sembelihan yang siap dikorbankan.
أَطَعْتُ غَيَّ الصِّبَا فِي الْحَالَتَيْنِ وَ مَا # حَصَّلْتُ إِلاَّ عَلَى الأَثَامِ و النَّدَمِ
Ku turuti godaan masa muda untuk bersyair dan mengabdi, tiada satu pun ku dapat kecuali dosa dan sesal diri.
فَيَا خَسَارَةَ نَفْسٍ فِي تِجَارَتِهَا # لَمْ تَشْتَرِ الدِّيْنَ بِالدُّنْيَا وَ لَمْ تَسُمِ
Alangkah ruginya jiwaku dalam perniagaannya, tak pernah membeli dan menawar agama dengan dunia.
وَ مَنْ يَبِعْ أَجِلاً مِنْهُ بِعَاجِلِهِ # بَيْنَ لَهُ الْغَبْنُ فِي بَيْعٍ وَ فِي سَلِمِ
Barangsiapa menjual akhirat untuk dunia sesaat, jelas ia tertipu dalam setiap jual beli yang diakad.
إِنْ أَتِ ذَنْبًا فَمَا عَهْدِي بِمُنْتَقِضٍ # مِنَ النَّبِيِّ وَ لاَ حَبْلِي بِمُنْصَرِمِ
Jika kuperbuat dosa, janjiku pada Nabi tidaklah gugur, juga tali hubunganku dengannya tidaklah terputus.
فَإِنَّ لِي ذِمَّةً مِنْهُ بِتَسْمِيَتِي # مُحَمَّدًا وَ هُوَ أَوْفَى الْخَلْقِ بِالذِّمَمِ
Namaku juga Muhammad (Bushiri) jaminanku buat Nabi, beliaulah sebaik-baik manusia yang tepati janji.
إِنْ لَمْ يَكُنْ فِي مَعَادِي أَخِذًا بِيَدِي # فَضْلاً وَ إِلاَّ فَقُلْ يَا زَلَّةَ الْقَدَمِ
Jika kelak di akhirat ia tak sudi menolongku, maka alangkah rugi dan celakanya diriku.
حَاشَاهُ أَنْ يُحْرِمَ الرَّاجِي مَكَارِمَهُ # أَوْ يَرْجِعَ الْجَارُ مِنْهُ غَيْرُ مُحْتَرِمِ
Tapi mustahil ia tolak para peminta syafa’atnya, atau peminta perlindungannya pulang dengan sia-sia.
وَ مُنْذُ أَلْزَمْتُ أَفْكَارِي مَدَائِحَهُ # وَجَدْتُهُ لِخَلاَصِي خَيْرَ مُلْتَزِمِ
Semenjak kuwajibkan diriku untuk memberinya pujian, ku dapatkan Nabi sebaik-baik pemberi pertolongan.
وَ لَنْ يَفُوْتَ الْغِنَى مِنْهُ يَدًا تَرِبَتْ # إِنَّ الْحَيَا يُنْبِتُ الأَزْهَارَ فِي الأَكَمِ
Pemberiannya tak luputkan seorang pun pemintanya, karena hujan mengguyur bunga di bukit secara merata.
وَ لَمْ أُرِدْ زَهْرَةَ الدُّنْيَا الَّتِي اقْتَطَفَتْ # يَدَا زُهَيْرٍ بِمَا أَثْنَى عَلَى هَرِمِ
Dengan pujian ini tidaklah kuinginkan gemerlap dunia, seperti yang Zuhair minta ketika ia puji Raja Haram.
يَا أَكْرَمَ الْخَلْقِ مَا لِي مَنْ أَلُوْذُ بِهِ # سِوَاكَ عِنْدَ حُلُوْلِ الْحَادِثِ الْعَمَمِ
Wahai manusia termulia, tiada seorang pun  di hari kiamat, tempat aku berlindung kecuali engkau.
وَ لَنْ يَضِيْقَ رَسُوْلَ اللهِ جَاهُكَ بِي # إِذِ الْكَرِيْمُ تَجَلَّى بِاسْمِ مُنْتَقِمِ
Kebesaranmu takkan berkurang karena aku minta, Allah Yang Maha Mulia bersifat penyiksa pada para pendosa.
فَإِنَّ مِنْ جُوْدِكَ الدُّنْيَا وَ ضَرَّتَهَا # وَ مِنْ عُلُوْمِكَ عِلْمَ اللَّوْحِ وَ الْقَلَمِ
Dunia dan akhira adalah sebagian kebaikanmu, ilmu Lauhil Mahfudz dan catatan amal sebagian ilmumu.
يَا نَفْسُ لاَ تَقْنَطِي مِنْ زَلَّةٍ عَظُمَتْ # إِنَّ الْكَبَائِرَ فِي الْغُفْرَانِ كَاللَّمَمِ
Wahai jiwa janganlah berputus asa karena besarnya dosamu, sebab dalam ampunanNya, dosa besar jadi kecil.
لَعَلَّ رَحْمَةَ رَبِّي حِيْنَ يَقْسِمُهَا # تَأْتِي عَلَى حَسَبِ الْعِصْيَانِ فِي الْقَسَمِ
Semoga rahmat Allah yang dibagi kepada hambaNya, terbagi pada tiap hamba sebesar dosa dan durhakanya.
يَا رَبِّ وَ اجْعَلْ رَجَائِي غَيْرَ مُنْعَكِسٍ # لَدَيْكَ وَ اجْعَلْ حِسَابِي غَيْرَ مُنْجَزِمِ
Ya Allah, jadikanlah harapanku pada-Mu tiada berganti, jadikanlah keeyakinanku pada-Mu tiada terhenti.
وَ الْطُفْ بِعَبْدِكَ فِي الدَّارَيْنِ إِنَّ لَهُ # صَبْرًا مَتَى تَدْعُهُ الأَهْوَالُ يَنْهَزِمِ
Kasihanilah hambaMu ini di dunia akherat, kesabarannya akan hancur bila datang bencana berat.
وَ أْذَنْ لِسُحْبِ صَلَوةٍ مِنْكَ دَائِمَةٍ # عَلَى النَّبِيِّ بِمُنْحَلٍّ وَ مُنْجَسِمِ
Perkenankan awan shalawat-Mu yang tak terbatas, untuk curahkan kepadanya bagai hujan yang deras.
وَ الأَلِ وَ الصَّحْبِ ثُمَّ التَّابِعِيْنَ فَهُمْ # أَهْلُ التُّقَى وَ النُّقَى وَ الْحِلْمِ وَ الْكَرَمِ
Juga keluarga, para sahabat dan pengikut Nabi, merekalah ahli taqwa nan lembut hati, dermawan nan suci.
مَا رَنَّحَتْ عَذَبَاتِ الْبَانِ رِيْحُ صَبَا # وَ أَطْرَبَ الْعِيْسَ حَادِي الْعِيْسِ بَالنِّغَمِ
Selama angin timur mendoyongkan dahan pohon Ban, selama sang gembala senangkan onta dengan nyanyian.

NB:
Shalawat Burdah yang kami sajikan adalah versi "مجموعة الموالد" penerbit: Maktabah Saraf al Waah Semarang